SMAN 1 BEBER sudah Menerapkan Gerakan LIterasi
Literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca, budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berpikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. Membudayakan atau membiasakan untuk membaca, menulis itu perlu proses jika memang dalam suatu kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang belum ada atau belum terbentuk.
Fakta memprihatinkan terungkap dari pemeringkatan literasi internasional, Most Literate Nations in the World, yang diterbitkan Central Connecticut State University, Maret 2016. Dari penelitian tersebut terungkap fakta kemampuan membaca dan menulis masyarakat Indonesia sangat ketinggalan. Indonesia berada di urutan ke-60 dari total 61 negara (www.jpnn.com, 13 April 2016).
Hasil penelitian di atas menunjukkan betapa lemahnya budaya literasi dalam masyarakat Indonesia. Bangsa kita masih mengandalakan apa yang dilihat dan didengar dalam berpikir, bersikap, dan bertindak.
Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS), seperti ditulis selasar.com 29 Mei 2016, pada tahun 2006 menunjukkan 85,9 persen masyarakat memilih menonton televisi daripada mendengarkan radio (40,3 persen) dan membaca koran (23,5 persen). Kita belum terbiasa melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman dari membaca.
Permendikud nomor 23 tahun 2015 yang mengharuskan para siswa membaca 15 menit sebelum memulai kegiatan belajar mengajar (KBM) adalah langkah revolusioner pemerintah untuk memulai kebiasaan membaca di kalangan siswa, sekaligus Penumbuhan Budi Pekerti (PBP).
Gerakan ini diharapkan mampu memacu dan memicu kebiasaan membaca dikalangan pelajar. Berbagai gerakan literasi sedang dikembangkan oleh para penggiat literasi. Ikatan Guru Indonesia (IGI) misalnya sangat giat mengkampanyekan gerakan literasi sekolah, melalui berbagai kegiatannya. Beberapa kabupaten/kota di Indonesia sedang gencar menjadikan daerahnya sebagai daerah literasi. Bapusipda Jabar saat ini sedang bersinergi dengan penggiat literasi di Jawa Barat untuk mensukseskan program West Java Reading Chalenge (WJRC).
Usaha-usaha tersebut harus diapresiasi sebagai satu langkah maju, sekaligus sebuah titik awal untuk mulai membangun budaya literasi di berbagai kalangan. Ikhtiar ini harus didukung oleh semua pihak, agar budaya literasi kita tidak hanya sebatas digital literacy untuk mendapatkan informasi dan hiburan semata, namun lebih dari itu agar dapat menumbuhkan budi pekerti dan meningkatkan mutu pendidikan melalui gerakan membaca dan menulis (literasi).
Saat ini perlu digiatkan secara serius membangun budaya literasi yakni, tradisi membaca dan menulis harus terus dikembangkan mengingat bahwa melalui membaca, maka kemajuan pendidikan akan lebih pesat. Kemudian melalui kegiatan menulis, ide, gagasan, serta ilmu pengetahuan akan terus berkembang. Melalui tulisan ide dan gagasan, akan lebih dikenang sepanjang masa dibandingkan hanya terucapkan secara lisan yang mudah hilang selepas gagasan tersebut dilontarkan.
Jadikan buku sebagai sahabat harian kita karena ia selalu memberi nutrisi ilmu dan pengetahuan pada otak. Jika engkau ingin mengenal dunia maka “Membacalah” dan jika engkau ingin dikenal dunia maka “Menulislah”.
Dan salah satu contoh dari Sekolah-sekolah yang ada Di Cirebon. SMAN 1 Beber telah memulai gerakan Literasi tersebut. Hal ini di harapkan menjadi sebuah Motivasi yang baik bagi Siswa-Siswi dan dengan adanya gerakan ini semoga bisa menjadi ajang pencarian bakat bagi mereka yang memang hoby Membaca dan Menulis.
Ini lah beberapa contoh penerapan Literasi di Sekolah SMAN 1 Beber. Semoga tetap berjalan dan Sukses untuk semuanya.
0 Response to "SMAN 1 BEBER sudah Menerapkan Gerakan LIterasi "
Post a Comment