Penantian Cinta , Aku hanya ingin Bahagia seperti Mereka !!!





Cerita ini aku persembahkan untuk orang yang telah mengukir sebuah kisah dalam hidupku. Seseorang yang menunjukkan, mengajarkan, bahkan memberikan aku bahagia dan derita. Seseorang yang membuatku merasakan arti Cinta yang sesungguhnya. Seseorang yang telah membiarkan aku untuk mencintainya dan memilikinya. Semoga dengan cerita ini akan mengingatkannya pada kisah yang telah ia ukir dalam hidupku lebih dari satu tahun yang lalu.
         

Happy Anniversary sayang...




Kisah ini dimulai lebih dari satu tahun yang lalu,  ketika aku masih duduk di bangku SMA. Berawal dari sebuah obrolan di dunia maya itulah awal dari kisah ini...
Elis solihati atau Elis begitulah aku disapa oleh kawan-kawanku, aku seorang siswi kelas XI SMA. Sosok yang sedikit pendiam, murah senyum, sedikit keras kepala, juga terkadang terkesan cuek, begitulah aku dikenal oleh kawan-kawanku. Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak menjadi remaja, bukan hal tabu bila masa ini diwarnai dengan kisah-kisah percintaan yang sesungguhnya tidak pernah tau apa makna dari cinta itu sendiri. Aku pun merasakan indahnya masa-masa itu dan telah aku ukir sebuah cerita yang abadi, sebuah kisah panjang yang masih terus berjalan dan mengukir cerita sampai detik ini...
Entah bagaimana aku bisa begitu mengingat semua detail demi detail dari perjalanan cerita ini, yang pasti aku ingat betul awal dari perkenalan kami. 20 April 2013 kami berkenalan lewat sebuah obrolan di facebook. Tidak lupa, peranan orang lain pun sudah tentu membantu di sini.
Pagi itu... Usai melaksanakan Upacara Bendera datang Bayu menghampiriku, lalu bertanya..
“Lis, kamu sering chat sama ***** ya?”
(yang dia maksud adalah sahabatnya sejak SMP)
(Dengan sedikit heran aku menjawabnya) “ngga ko, hanya sekali. Kenapa emang?”
(Tanpa basa-basi...) “Tolong Lis, aku harap kamu mau jadi pacarnya”.
(Aku sungguh terkejut ketika dia hampir bersujud di kakiku. Sontak, aku menariknya agar berdiri kembali)
Percakapan kami pun terus berlanjut, sampai akhirnya...
          Bayu mengutarkan alasannya kenapa dia sampai seperti itu. Aku bingung, cukup kaget iya, simpati juga iya karena ini menyangkut Agama. Awalnya aku cuek, tidak menganggap serius akan hal ini. Tapi entah kenapa aku jadi memikirkan hal ini. Tapi apakah bisa aku menjalankan sebuah hubungan yang niatnya hanya untuk menolong seseorang yang sedang kehilangan arah spiritualnya. Mungkinkah aku bisa membuat dia kembali menjadi Muslim. Ahhh.. Tuhan, sikap seperti apa yang harus aku lakukan...
          Tidak hanya Bayu yang membantu, Desi teman satu kelasku pun berperan di sini. Dia mengenalkan sosoknya yang pintar, pandai membuat comic dan pandai bernyanyi. Yeah.. usaha yang cukup bagus untuk mendapatkan simpati.
          Bagaimana dia bisa mengenalku atau pun mengetahui tentang aku, aku sendiri tidak tau. Yang pasti sangat singkat perkenalan kami.
Tidak lama kemudian, dia mengutarakan perasaanya padaku. Tidak terlalu mengagetkan memang, aku hanya masih bingung untuk menjawab apa saat itu, aku belum begitu mengenalnya. Tapi aku begitu penasaran akan kisah hidupnya. Dari rasa penasaran itulah akhirnya 12 Mei 2013 kami resmi pacaran.
Semuanya berjalan aneh, tak ada hal yang istimewa sedikit pun juga. Aku tidak pernah berjumpa dengan dia, tidak pernah ngobrol dengan dia, bahkan komunikasi yang hanya sekedar SMS pun sangat jarang. Aku bingung, bagaimana caranya aku bisa mengajak dia untuk berubah kalau komunikasi pun sangat jarang.
Awalnya, niatku untuk pacaran dengan dia hanya demi menolongnya. Aku ingin mencoba membawanya kembali ke jalan Allah. Tapi semakin aku tau sosok dia yang cukup banyak talenta, pandai bernyanyi, ketua drumband pula, apalagi dengan bentuk fisiknya. Sesuai dengan khayalanku yang sangat terobsesi dengan tipe pria macam militer itu. Ohhahaha,, rasanya aku menemukan sosok lelaki itu. Dari situlah aku mulai simpati padanya.
2 Agustus 2013...
Sejak awal kami jadian, kami sama sekali belum pernah bertemu. Dan untuk pertama kalinya kami jalan, waktu itu.. kami cukup ngabuburit(menunggu waktu berbuka puasa) keliling kota Cirebon saja. Es kelapa muda sebagai menu buka puasa yang rasanya biasa pun, menjadi es kelapa muda terenak yang pernah ku rasakan saat itu. hahaha.. Tapi pertemuan ini nampaknya pertemuan pertama dan terakhir bagi kami.
Setelah empat bulan berjalan, aku semakin dicampakan olehnya, aku diacuhkan, tak dihiraukan, bahkan tak dianggap ada. Sebagai perempuan, semua perlakuannya itu cukup menyakitkan. Aku tidak tahan dengan keadaan itu, rasanya aku menyerah...
15 September 2013...
Niat awalku itu salah, ternyata aku tidak mampu untuk membawanya kembali. Justru, semakin aku ingatkan semakin dia menentang. Akhirnya kami berpisah, bahkan perpisahan itu pun aku putuskan sebelah pihak tanpa ada respons sedikit saja darinya, tanpa ada kata ‘Putus’ yang terucap antara kami. Menyakitkan memang, kecewa sudah pasti, menyesal pun sempat terlintas di hatiku. Namun, sakitku, kecewaku dan sesalku bukan semata-mata karena perlakuannya terhadapku. Tapi karena aku gagal membuatnya berubah, aku gagal menolongnya dan aku gagal mewujudkan kepercayaan yang diberikan oleh Bayu.
(Beberapa bulan kemudian)
Setelah aku bersama dengan orang lain, baru aku menyadari “Aku Menyukainya”, aku kehilangan dia, aku merindukannya. Setelah dua bulan lamanya, setelah aku bersama dengan orang lain, dia pun kembali dalam kehidupanku. Dia datang, meminta dan memohon kehadiranku kembali ke dalam hidupnya.
Entah apa yang membuat dia kembali padaku, mungkinkah karma itu ada? Ataukah takdir cinta yang menuntun dia kembali padaku? Atau faktor lain?., Entahlah.. yang pasti aku bahagia dia kembali. Aku dibuat bingung dengan situasi ini, dia begitu merayu, membuat hatiku luluh. Nyanyiannya, tangisannya, dan usahanya untuk meyakinkan aku sungguh membuatku sangat ingin kembali padanya. Masa inilah, saat dimana Cinta itu semakin tumbuh dan terus tumbuh dalam hatiku. Aku mulai merasakan ketulusan Cinta dalam hatiku, meski dia bukanlah orang pertama.
Sempat aku ragu untuk kembali padanya, aku tak sampai hati untuk melukai Agung. Walaupun ku sadari, aku tidak pernah menaruh hati padanya. Bahkan sempat aku menolak dia, hingga akhirnya dia pun seperti menyerah dan meminta maaf karena telah berusaha memisahkan aku dengan Agung. Sakit rasanya membiarkan orang yang aku sayangi menangis, seolah aku begitu menyakiti dia.
Aku selalu teringat akan ucapannya...
 “Aku mohon kembali, menjadi yang kedua pun tak apa.”
“Berjanjilah, beritahu aku kalau kamu sudah putus dengan dia”
Hatiku takan bisa berdusta, cinta ini memang untuk dia. Tidak lama setelah itu, aku dengan Agung pun berpisah. Tapi perpisahanku dengan Agung ini tidak semata-mata karena aku saja yang sengaja meninggalkan dia demi untuk kembali padanya, melainkan Agung pun bermain api di belakangku bersama perempuan lain. Jadi kami sama-sama salah di sini.

Setelah semua permasalahan itu berlalu...
Aku teringat akan janji yang dia pinta, namun aku memilih untuk diam dan tidak memberitahunya bahwa aku telah putus dengan Agung. Setelah dengan segala masalah yang sungguh membuatku stress itu, aku ingin menenangkan hatiku.
(Sore itu... suara teleponku  berdering)
“Hallo...“ (aku menjawab telepon itu)
“Kamu liat berapa puluh kali telepon aku kamu reject, sms aku kamu tak balas. Berapa kali ?!!”
(Suara itu, suara seseorang yang sangat aku nantikan)
“Aku tak tau, sangat banyak...” jawabku singkat.
“Lalu, kamu akan terus seperti ini?” katanya lagi.
“Maaf, maafkan aku...” (aku pun menangis)
(Dengan suara tangisnya itu, dia menyanyikan sebuah lagu untukku, lagu yang pernah dia nyanyikan sebagai kado ulang tahunku dulu)
(percakapan kami pun terus berlanjut)
“Kalau boleh tau, kapan kamu putus sama cowo kamu itu?”
“Satu minggu yang lalu.” jawabku.
“Kenapa tidak memberitahuku? Atau kamu benar-benar tidak ingin kembali denganku?” (tanyanya dengan nada suara sedikit meninggi)
“Bukan begitu, aku hanya ingin tenang sejenak. Maaf...”
“Jadi....???
Akhirnya, 3 Januari 2014 kami kembali bersama...
Semua berjalan dengan indah pada awalnya, namun ujian pun selalu datang di setiap 3 bulan hubungan kami. Begitu banyak persoalan yang tengah membelit Adi saat itu, hingga mungkin tak ada waktu untuk sekedar memberi kabar atau menghubungiku walau hanya lima menit saja.
Dan aku.. aku yang terlalu takut kehilangan dia lagi, takut kembali dicampakan olehnya. Aku terlalu manja untuk berada disampingnya, untuk menguatkan hati dia agar tegar dalam menghadapi masalahnya. Hingga aku tak mampu mengerti posisi dia, tak mampu mengerti keadaannya. Ketika semua persoalan telah pada puncaknya, emosi tak terkendalikan, logika pun tak lagi digunakan. Hanya lewat sebuah status di facebook dia meninggalkan aku begitu saja, tanpa mau mengerti sesungguhnya yang aku inginkan darinya hanyalah sedikit waktunya untukku untuk sekedar menyapa dan berbagi cerita akan segala persoalan yang tengah ia hadapi.

5 Mei 2014, Perpisahan pun tak dapat dihindari, untuk kedua kalinya kami lose contact begitu saja...
Perpisahan kali ini membuatku benar-benar rapuh, banyak hal yang belum sempat aku lakukan untuknya. Belum sempat aku berbagi kebahagiaanku, belum sempat aku membuat dia tersenyum.
“Tuhan, haruskah aku kehilangan dia untuk ke sekian kali? Aku mohon jangan Kau lakukan itu padaku. Sebab aku menyayanginya, aku mencintai dia, aku tak rela, aku rapuh tanpa dia Tuhan, aku seperti kehilangan arah. Tuhan, jika memang aku aharus mengalami duka ini, kuatkan hati ini untuk menerimanya...”
Aku benar-benar merasa kehilangan arah, aku di acuhkan, aku di benci dia. Aku menyalahkan diri sendiri, menyalahkan Tuhan atas perpisahan ini, aku merasa semua ini tidak adil untukku. Aku dibuat stress karenanya, aku dibuat depresi olehnya...
(Beberapa minggu kemudian)
Betapa semua teratasi, aku kembali menjalani hari-hariku dengan normal walau harus terus bersembunyi di balik senyum palsu. Betapa aku merasakan begitu banyak energi positif yang masuk dalam diriku. Tak mudah di ungkapkan dengan hati, namun nyata ku rasakan hadirnya sebuah ketulusan cinta dalam hidupku saat ini. Sebuah rasa yang berbeda, dan kisah yang berliku sejak saat jumpa. Semakin kuat rasa ini saat dia kembali, dan kini semakin ku sadari pula rasa yang berbeda ini saat dia pergi lagi. Nyata ku rasa hadirnya sebuah Cinta dalam hidupku. Bukan orang pertama memang, tapi nyata inilah “CINTA PERTAMA”. Meski berulang kali tersia-siakan, hati ini selalu mampu untuk memaafkan, dan bibir ini tak pernah lepas untuk mendoakan. Dan hanya satu keyakinanku saat ini, dia pasti kembali...

(Dua bulan berlalu berlalu, dan aku masih saja menantinya dan percaya pada keyakinanku bahwa dia pasti kembali)
Suatu hari aku baca di inbox, dia menulis pesan. “telepon aku, aku ingin mendengarkan penjelasanmu seperti apa.” Aku tidak percaya akan hal ini, namun sungguh nyata kuasa Tuhan dan Takdir Cinta kini telah di mulai...
(aku jawab pesan itu dengan meneleponnya)
“Hallo...“
Apa yang dulu ingin kamu jelaskan padaku?” tanya dia.
(Aku tidak tau mau menjelaskan apa, semua ini sudah berlalu terlalu lama)
“Tidak ada yang bisa aku jelaskan sekarang. Yang pasti aku selalu menantimu dan mencintaimu hingga saat ini dan kamu tau akan hal itu.” jawabku.
“Aku sebenarnya menyayangi kamu, hanya aku tidak suka dengan sifat manjamu. Hanya itu !!” Ujarnya.
(Percakapan kami pun semakin serius)
“Sebenarnya masalah kita itu spele, hanya persoalan waktu dan komunikasi kita yang sangat jarang yang membuat kita tidak pernah bisa saling mengerti satu sama lain.” Jawabku tegas padanya.
“Iya, aku tau itu... Sekarang, maukah kamu berjanji. Kamu jangan mencari lelaki lain dan aku pun tidak akan mencari perempuan lain. Dan kita lihat saja nanti, kalau kamu berubah aku akan mempertimbangkan hubungan ini.”
(Hubungan ini menjadi tak jelas, dan kisah ini entah akan berlanjut seperti apa)
Aku berjalan terus tanpa henti dalam penantian ini, entah sampai kapan aku akan berhenti mengharapkan dia kembali, aku pun tak tau. Cinta ini pun semakin tumbuh dan tertanam dalam hatiku, keyakinanku selalu menguatkanku untuk bertahan. Dan aku benar-benar memenuhi janji itu.

17 Agustus 2014, Hari itu pun tiba, hari yang telah lama ku nantikan, hari dimana kebahagiaan menyapa hidupku kembali...
Dia kembali menyapaku dan mencoba memulai semua dari awal. Namun, awal yang tidak cukup baik di awal kisah ini. Banyak hal yang hampir membuat kami seperti tidak bisa bersatu lagi, dia terlalu menuntutku menjadi seperti yang dia pinta, selalu memandangku banyak sekali kekurangan. Hingga aku merasa dia terlalu sempurna untuk aku dapati. Aku menyadari itu, aku pun merasakan hal itu, dia takan cocok denganku, dia terlalu sempurna bagiku.
Namun, entah apa yang menguatkan hatiku sehingga aku mampu bertahan dengan semua sikapnya. Sempat dia memancing perpisahan kembali di antara kami. Tapi entah ada apa dengan hatiku ini, aku seperti telah terbiasa menghadapi persoalan ini. Aku mampu mengontrol emosiku dan meredamkan emosi dia, semuanya berlalu baik-baik saja.
Keesokan harinya...
“Elis...” (Dia menyapaku lewat SMS)
“Iya, ada apa?”
“I love u...”
(It’s really make me happy... Seingatku, ini kali pertama dia mengatakan itu padaku. Walau hanya dari SMS)
Semua persoalan yang terjadi antara kami, semakin membuatku kuat dan siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi esok, lusa, dan kemudian hari.
          Namun itu semua tidak cukup membuatku merasakan bahwa dia mencintaiku. Aku merasa, sekarang aku memiliki dia dalam status tapi aku seperti tidak pernah memiliki hatinya. Tidak jarang aku merasakan kesedihan di hatiku. Sedih karena aku tidak pernah bisa mendengar suaranya, berjumpa dengannya, menatap matanya, bahkan memeluknya saat aku merindukannya. Terlebih, manakala aku mengadukan rasa rinduku ini padanya, dia hanya bersikap acuh dan tidak memperdulikan. Mungkin akan selamanya seperti itu, hanya aku yang akan selalu merindukannya dan dia takan pernah memiliki rasa rindu untukku. Bahkan sedikit berpura-pura saja demi menyenangkan hatiku pun nampaknya sulit untuk dia lakukan. Bahkan, perhatian yang aku berikan padanya pun, terasa hanya seperti ucapan sampah yang tak berguna.
Dia tak pernah sadar…
Bagaimana dia membuat aku begitu khawatir, dia menghilang, Hp-nya pun sulit dihubungi. Sepertinya sangat susah untuk bisa ngomelin dia, marahin dia, apalagi untuk bisa ngobrol dengannya. Bahkan dia tidak pernah memberiku kesempatan untuk menunjukan perhatianku padanya.
          Aku tau aku takan pernah bisa menjadi seperti yang dia pinta. Selama ini pun aku selalu kurang dimatanya, bahkan aku tidak tau kelebihan apa yang bisa aku berikan agar sedikit saja dia menilaiku baik. Aku tidak memiliki hal apa pun yang membuatku begitu berani mencintainya, dan sangat ingin memilikinya. Aku hanya memiliki satu perasaan, yang aku percayai itu adalah cinta.
Mungkin aku terkesan seperti perempuan yang tidak punya harga diri di sini, seolah aku begitu mengejar dia. Tapi aku hanya mengikuti kata hatiku, aku tak dapat memiliki rasa yang sama kepada orang lain seperti rasaku terhadapnya.
Percayalah, tidak selamanya dalam kisah cinta itu selalu terukir kesedihan. Ada saatnya kebahagiaan pun menyongsong mengukir cerita baru. Seperti kita ingin memakan sebuah rambutan, yang harus terlebih dulu memisahkan semut-semut yang ada, kemudian merasakan pahit karena menggitnya demi membuka kulitnya, barulah kita dapat merasakan manisnya buah rambutan itu.  Seperti itu pula lah perjalanan cinta yang sesungguhnya.
Kebahagiaan pun menyambutku...
Entah apa yang terjadi pada hatinya, dia semakin berubah lebih baik dan mulai sedikit memperlakukan aku dengan baik. Dia semakin sering menunjukkan perasaannya padaku, semakin hangat dan semakin dewasa. Bahkan terkadang dia melakukan hal-hal yang tidak pernah aku sangkakan sedikitpun sebelumnya. Dia memperkenalkan aku pada keluarganya, bahkan meminta aku datang ke rumahnya untuk bertemu dengan kakak dan ibunya. Sungguh tersanjung aku dengan semua itu...
Dan yang lebih membuatku shok...
Hal yang jauh lebih membuatku sangat tidak menyangka adalah saat dia mempublikasikan status BERTUNANGAN denganku. Bahkan aku tak pernah berani bermimpi untuk itu.
“status itu Janjiku, dan aku pun berjanji ini Cinta terakhirku. Selebihnya karir...”
Kalimat itu, tidak akan pernah aku lupakan. Perubahan yang luar biasa derastis bagiku :’)
Perubahan lain pun aku rasakan setelah dia membaca tulisanku yang aku simpan di laptopnya. Aku tidak pernah memiliki maksud lain ketika menulis artikel itu, selama ini aku hanya tidak pernah mempunyai kesempatan untuk bisa bicara banyak dengan dia. Banyak hal yang ingin aku utarakan padanya, banyak cerita yang ingin aku bagikan padanya. Aku tidak berharap lebih seandainya pun dia membaca tulisanku itu, aku hanya ingin dia tau sedikit dari perasaanku padanya.
Namun Tuhan selalu memiliki rencana lain, saat aku tak berharap lebih justru dia memberi lebih dari apa yang kita harapkan. Baru kali ini aku merasakan tulusnya ucapan Terimakasih dari seorang Adi untukku. Ouhh, I’m speechless...
Aku tak bisa berkomentar apa pun, bahkan ucapan terimakasihnya pun tidak aku balas sama sekali :’D
Aku bersyukur atas semua ini, mungkinkah fatamorgana sedang berpihak padaku?? I don’t know, yang pasti Tuhan sudah merencanakan semua ini dalam hidupku...
Terimakasih sayang karena sudah memberiku banyak pelajaran hidup di sini. Aku dapat merasakan tawa, sedih, sakit, rindu, derita dan bahagia. Terimakasih telah membiarkan aku untuk mencitai kamu. Terimaksih dengan perubahan yang telah kamu berikan untukku.

**To be continue...
Kisah seperti apakah yang akan kamu ukir selanjutnya??? :)

0 Response to "Penantian Cinta , Aku hanya ingin Bahagia seperti Mereka !!!"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

<script data-ad-client="ca-pub-6931901706804628" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Iklan Tengah Artikel 1

<script data-ad-client="ca-pub-6931901706804628" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Iklan Tengah Artikel 2

<script data-ad-client="ca-pub-6931901706804628" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Iklan Bawah Artikel

<script data-ad-client="ca-pub-6931901706804628" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>