Ketahuilah !!! Berpura-pura Tegar itu Menyakitkan.
Beberapa hari lalu ....
Sebuah nada mengalun di telingaku melalui headset, sejak beberapa menit lalu setelah bel istirahat. Sengaja tidak keluar kelas, memanfaatkan wifi. 😁😂
"Kak," Aku mendongak, mencari sumber suara yang samar kudengar, terhalang oleh musik yang masih mengalun. Pandanganku meliar, hingga terpaku pada sosok di ambang pintu. Ia mendekatiku, karena memang hanya aku yang tinggal di dalam kelas. Yang lain berhamburan keluar, untuk ke kantin, ke perpus, atau sekedar nongkrong di lorong kelas.
"Kak, mau tanya, boleh?" ujarnya sesaat setelah berada di depanku. Aku mengangguk seraya mengecilkan volume.
"Kak Bayu di mana?" Aku mengernyitkan dahi. Aneh, yang ia cari kan aku. 😂
"Aku Bayu," seruku heran.
"Bukan, bukan Kakak maksudnya, tapi Kak Bayu yang sering dipanggil Ayu itu loh," ujarnya polos, baju batiknya menunjukkan dia adalah siswi kelas X, pantas saja tidak paham. Sekelebat kalimat melintas, memintaku untuk menjailinya, baiklah akan kulakukan.😁😂
"Oo ... yaya, dia lagi di belakang kelas, lagi baca novel." ujarku singkat lalu mengeraskan volume lagi. Ia mengangguk mengerti lalu melenggang pergi setelah mengucap terimakasih. Aku terkekeh menatap punggungnya yang hilang di balik pintu.
.
Beberapa menit kemudian ....
.
"Bayy," Sebuah teriakan yang membuat senyumku mengembang, berasal dari Gadis yang memiliki nama yang sama denganku, Mbayu.
"Lo abis ngerjain adek kelas, ya?" Ia mendekat dengan tangan yang masih berlumuran tanah liat, membuat tawaku meldak.
"Muahaahaa ..., orang dianya ngeyel." ujarku disela deraian tawaku.
"Dasar," ujarnya seraya menggelengkan kepala.
"Terus, dia ngapain?" tanyaku setelah tawaku mereda.
"Ntah," jawabnya singkat setelah membalikkan badan dan berjalan keluar. Seseorang masuk, membuatku tak kuasa membendung tawa, akhirnya meledak juga. 😃
"Maaf, Kak," ujarnya dengan pipi memerah juga kepala merunduk.
"Ngga papa, ngomong-ngomong ada apa?" tanyaku sembari melepas headset, karena telingaku mulai panas dibuatnya.
"Kakak suka bunga dandelion, kan?" Pertanyaannya membuatku mengangguk semangat. Simpul Gadis di depanku ini pun mengembang. "Jelasin dong kenapa bisa suka?" lanjutnya polos dengan senyum merekah. Meski terdengar aneh namun aku tetap menjawabnya.
"Karena dia selalu menentang angin meski ia tahu akan tetap kalah, mengikutinya kemanapun angin membawanya hingga ia berhasil mendaratkan benih dengan selamat. Tumbuh membentuk jiwa baru, kehidupan baru." ujarku sekenanya.
"Tapi, dandelion kan ngga secantik mawar, Kak," serunya antusias. Aku mengangguk lagi.
"Memang, juga tak seharum melati. Asal kamu tahu ya, Dek, dandelion tidak lebih dari serumpun ilalang," ujarku ramah.
"Tapi itulah yang membuatnya istimewa," lanjutku yang kemudian membuatnya mengangguk ragu, seperti ada yang mengganjal, namun ia tak mengatakan padaku.
"Dandelion memang terlihat rapuh, tangkainya yang kecil juga hidupnya yang tumbuh di sekitar ilalang kerap dianggap sebagai tumbuhan biasa yang lemah. Namun sebenarnya ia kuat." jelasku meski ia tak bertanya, berharap Gadis ini memahami apa makna yang tersirat meski tak kujelaskan dengan rinci.
"Ohh iyaya," ujarnya mengerti, Syukurlah. ☺
"Berarti dia adalah kebalikannya Kakak," ujarnya ragu dengan nada takut.
"Apa maksudmu?" tanyaku tak mengerti.
"Terlihat kuat meski sebenarnya rapuh." ujarnya seraya melangkah pergi, membuat kedua alisku bertemu. Gadis ini seolah mengertiku, siapakah dia ?
hehe tunggu kelanjutannya
0 Response to "Ketahuilah !!! Berpura-pura Tegar itu Menyakitkan."
Post a Comment